Two Babies

Deva melenguh saat merasakan sensasi geli di pusat ereksinya, bersamaan dengan wangi yang sangat ia kenali. Feromon Arga. Ketika membuka mata, Deva pun mendapati mentari telah muncul dari tempatnya bersembunyi.

Masih teringat jelas di kepala Deva bagaimana sang suami membuatnya berdesah erotis hingga berteriak semalaman. Mereka bercinta tidak hanya di dalam mobil, namun dilanjutkan lagi di kamar; dimana kini Deva tengah berbaring terlentang.

Menundukkan kepalanya guna melihat apa yang terjadi dengan kejantanannya, Deva pun nyaris memekik. Pasalnya, wajah sang suami ada di sana. Arga tengah sibuk melahap penis Deva yang mengacung tegak karenanya.

“Mas?”

Arga mendongak lalu tersenyum manis ketika netranya bertemu pandang dengan Deva. Ia lantas merangkak, beralih mengecup bibir Omeganya sejenak sebelum kembali menatapi wajah Deva.

“Pagi, Sayang.”

Suara berat nan manis si Alpha yang berada di atas tubuhnya sukses membuat bulu tengkuk Deva berdiri. Terlebih saat Arga mengusap perut Deva sensual.

“Sekarang udah jam berapa, Mas?” suara Deva masih serak.

“Baru jam tujuh,” sahut Arga lalu mengecup pipi Deva bergantian. “Gimana tidur kamu? Nyenyak?”

Deva mengangguk, “Mm, saking nyenyaknya aku jadi kesiangan.”

“Ngomong-ngomong… Wangi feromon kamu kuat banget, Mas.” katanya, “Rut-nya baru pagi ini?”

“Iya kayaknya,” jawab Arga, “Aku pas bangun tadi langsung horny soalnya. Mana kamu tidurnya sambil telanjang gini. You’re hot.”

Menjilati bibir bawahnya, Arga kemudian mencubit pelan puting Deva. “Quick sex before breakfast sounds good, Dev. Wanna try?”

“Mau sambil mandi?” balas Deva.

“Di sini aja. Sekarang.” jelas Arga, “Lubang kamu juga udah aku basahin kok tadi, sisa dimasukin.”

Mata Deva pun seketika melotot. Tidurnya tadi benar-benar amat nyenyak hingga ia bahkan tidak merasakan apa-apa sebelumnya.

“Kalau gitu masukin sekarang, Mas. Keburu kita dicariin nanti,” ucap Deva yang menjadi lampu hijau bagi Arga di atas tubuhnya.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Arga lantas memposisikan kepala penisnya depan lubang Deva. Memasukkannya perlahan, hingga tenggelam seutuhnya.

“Papaaa!”

Belum sempat Arga menggenjot lubang Deva yang selalu menjadi candunya, pekikan juga ketukan Danu pada pintu dari luar kamar justru menggema. Alhasil, Deva maupun Arga lantas diam sambil saling berbagi tatapan panik.

“Papa belum bangun?”

Lagi. Teriakan Danu menyentuh gendang telinga Arga dan Deva.

“Udah, Sayang!” Deva menyahut.

“Katanya Papa mau bikinin Danu Pasta. Kok di meja belum ada?”

Mulut Deva menganga. Benar, ia belum menepati janjinya ke Danu untuk membuat pasta. Pasalnya, semalam Danu sibuk bermain dan berceloteh kepada Nua.

“Bentar ya, Sayang! Abis ini kita bikin sama-sama!” balas Deva.

“Ayo, Papaaa!”

“Iya! Iya! Papa cuci muka dulu!” kata Deva lalu memandangi Arga.

“Mas, kita lanjutin di kantor aja ya nanti?” bujuk Deva, “Ya, Mas?”

Arga pun memelas, namun pada akhirnya ia lantas bangkit hingga tautan di titik penyatuan mereka terlepas. Arga mendengus pelan.

Sementara itu, Deva buru-buru memunguti pakaiannya yang tercecer di samping ranjang lalu memakainya. Sembari memasang baju, Deva pun menoleh ke Arga.

“Mas, kamu mandi duluan gih. Entar kita telat loh,” titah Deva.

“Ck!”

Mendengar decakan sang Alpha, Deva yang telah selesai memakai bajunya pun menghampiri Arga. Ia mengecup sayang pipi suami tercintanya itu sejenak sebelum berlari kamar mandi. Tak lama berselang, Deva pun kembali dengan membawa bathrobe Arga.

“Ini, Mas.” Deva menyodorkan baju mandi itu pada suaminya, “Aku nemenin Danu dulu ya.”

Sang Omega kembali membanjiri wajah Arga dengan kecupannya. Deva paham, suasana hati Arga saat ini sedang mendung. Jelas terlihat dari raut murung Arga.

I love you, Mas.”

“Kalau kamu cinta sama aku, kenapa aku gak dipeluk sih?” balas Arga, “Aku mau dipeluk.”

Arga mencebik, “Kan kamu tau, aku lemes kalau lagi rut kayak—”

“Iya, Mas. Maaf ya,” potong Deva sambil mendekap erat suaminya.

“Papaaaa!”

Danu yang masih menunggu di luar kamar kembali memanggil Papanya. Membuat Deva yang seperti menjaga dua bayi lantas melepas tautannya dengan Arga.

“Mas, aku ke dapur sekarang ya.” pamit Deva, “Kamu mandi gih.”

“Kalau aku mandi, bakal dikasih apa sama kamu?” Arga tiba-tiba ingin membuat kesepakatan.

I’ll give you anything you want,” jawab Deva tanpa pikir panjang.

“Oke,” Arga pun tersenyum puas sambil memandangi Deva yang telah berlari keluar dari kamar.