Taeyong mengedarkan pandangan ke arah cafe. Hingga saat matanya tertuju pada sosok yang diam-diam ia rindukan beberapa waktu terakhir, ia lantas mengulas senyum tipis. Setelahnya Taeyong lantas menghampiri mahasiswa bimbingannya itu.
“Maaf, Jaehyun. Saya rada telat,” katanya lalu duduk di hadapan si lelaki berlesung pipi. “Tadi ada acara di kampus.”
“Enggak apa-apa, kak.”
Dari sorot mata hingga cara berbicara Jaehyun padanya, Taeyong seketika tahu suasana hati lelaki yang lebih muda darinya itu. Bahkan Jaehyun terlihat enggan menatapnya berlama-lama.
Padahal Taeyong sendiri justru amat merindukan sang mahasiswa. Ia ingin menghabiskan waktu meski sedikit saja dengan Jaehyun. Sebab tak lama lagi, ia akan segera meninggalkan Indonesia. Tepat setelah sidang akhir Jaehyun usai.
“Gimana kabar kamu?” tanya Taeyong seraya memeriksa skripsi lelaki di hadapannya.
“Baik, kak.”
Hening. Taeyong tiba-tiba kehabisan akal. Ia mendadak bingung bagaimana cara melanjutkan percakapan mereka. Namun ia tetap mencoba mencairkan suasana sembari memusatkan pandangan pada tumpukan kertas di hadapannya.
“Kamu ke sini sendiri?”
“Berdua, kak. Tadi sama pacar saya,” jawab Jaehyun. “Cuman dia pulang duluan. Takut ganggu katanya.”
Mulut Taeyong seketika terasa pahit. Tungkai dan lengannya pun lantas melemas setelah mendengar penuturan lelaki yang lebih muda.
Tiga Minggu terakhir sejak ia dan Jaehyun tidak pernah lagi berkomunikasi, selama itu pula Taeyong tak henti-henti memikirkan si pemilik lesung pipi. Terlebih saat mengembalikan hoodie yang sebenarnya ia beli untuk Jaehyun, mahasiswanya itu hanya mengucap terima kasih lalu pergi.
Tapi kini, Taeyong harus menerima sebuah kenyataan bahwa Jaehyun akhirnya bisa menemukan seseorang yang kemudian dijadikannya sebagai kekasih. Maka itu artinya ia tidak perlu lagi larut dalam rasa khawatir akan rasa kecewa dan sakit hati dari si pemilik lesung pipi.
Meskipun sebenarnya, saat ini Taeyong diam-diam merasa terluka.
Bukan salah Jaehyun. Bukan pula salahnya. Keadaan lah yang membuat mereka berakhir seperti sekarang.
“Hasil sama pembahasan kamu udah bagus, Jaehyun. Hanya ada beberapa typo yang harus kamu perbaiki,” kata Taeyong seraya mengembalikan mentahan skripsi sang mahasiswa.
“Minggu depan kamu udah bisa ikut sidang kok ini,” ia melanjutkan.
“Baik, kak. Terima kasih banyak,” ucap Jaehyun.
“Ada yang mau kamu tanyakan?” maksud Taeyong tidak hanya tentang skripsi, namun juga interaksi mereka saat ini.
“Enggak ada, kak.”
“Mhm, oke. Good luck ya, Jaehyun.”
“Kalau begitu saya permisi, kak.”
Taeyong mengangguk paham. Ketika Jaehyun kemudian beranjak dari kursi dan bersiap-siap meninggalkannya seorang diri, ia lantas berkata.
“Saya senang bisa kenal sama kamu, Jaehyun.”