Salting

Nala yang tadinya sudah sedikit lega karena Arsen tidak benar-benar datang beberapa menit sejak chat terakhirnya justru dibuat mendengus. Pasalnya, pintu kamarnya tiba-tiba saja diketuk dari luar. Sudah pasti sosok di luar sana adalah Arsen, pikir Nala sambil bangkit dari ranjangnya. Nala kemudian membuka pintu, namun tidak lebar-lebar. Hanya ada celah untuk satu mata Nala mengintip di sana sampai dia melihat Arsen.

“Lo ngapain, Nal?” Arsen tertawa kecil melihat Nala mengintip dari celah pintu. “Buka pintu lo dulu.”

“Gue tau lo gila, tapi bisa gak, lo gak mikir gila sekarang? Jangan di sini. Jangan sekarang, Arsen.”

“Gue cuma minta lo buka pintu, Nal. Gue mau nunjukin sesuatu.”

“Awas ya kalau lo boongin gue.”

“Enggak. Janji,” kata Arsen.

Nala akhirnya membuka pintu lebar-lebar. Saat itu pula Nala mendapati Arsen yang telah memakai piyama berdiri tepat di hadapannya. Senyum tipis pun merekah di bibir Nala ketika dia menyadari bahwa Arsen tengah memakai sendal karakter sapi darinya. Nala membeli sendal itu sebagai ucapan selamat karena Arsen pindah ke rumah barunya.

Hal lain yang juga mencuri perhatian Nala adalah ketika matanya tertuju pada segelas susu yang Arsen bawa. Nala pun tersenyum lembut saat sang mantan pacar menyodorkan susu itu padanya dan berkata.

“Nih, diminum. Biar lo ngantuk.” kata Arsen. “Jangan begadang.”

“Makasih ya,” ucap Nala setelah meraih susu pemberian Arsen.

“Mhm,” Arsen ikut tersenyum. “Anyway, gimana menurut lo?”

Nala terkekeh melihat kaki kiri Arsen menepuk-nepuk lantai. Membuat karakter sapi pada sendalnya ikut bergerak-gerak.

“Lucu,” puji Nala. “Cocok sama lo yang kalau ngamuk kayak sapi.”

“Emang sapi kalau lagi ngamuk gimana sih?” Arsen penasaran.

“Lo ngaca aja, terus peragain pas lo ngamuk kalau lagi posesif ke gue. Nah, sapi ngamuk kek gitu.”

Kedua anak manusia itu pun sama-sama tertawa kecil. Baik itu Nala maupun Arsen berusaha untuk memelankan suara mereka agar orang lain tidak terbangun.

“Ya udah, gue balik ke kamar ya. Lo minum susu gih, terus bobo.”

Baru saja Arsen hendak berbalik dan meninggalkan area kamar si mantan pacar, Nala justru tiba-tiba mencengkeram piyamanya dengan satu tangan yang tidak memegang segelas susu. Sesaat kemudian, Nala mendongak lalu mengecup lembut bibir Arsen dengan mata yang terpejam.

Kecupan Nala itu lantas bertahan selama beberapa detik sebelum dia beralih menatap Arsen lamat.

Sleep well,” bisik Nala.

Arsen mengangguk kecil. Dia lalu memiringkan wajahnya sebelum menciumi pipi kanan Nala. Arsen kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Nala diikuti bisikan.

“Kalau kita udah nikah nanti, gue bakal nemenin lo tidur di sini. Di kamar kita,” katanya lalu kembali menatap wajah Nala. “Sleep well.”

“Mm, night.”

Good night, love.”

Nala menahan senyum sebelum berbalik lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Saat itu pula Nala menyandarkan punggung di daun pintu sambil menatap susu yang dia pegang dengan senyum tipis di bibirnya.

Tak jauh berbeda dengan Arsen yang juga masih berdiri di depan kamar Nala. Lelaki itu pun kini tidak bisa berhenti tersenyum sambil memandangi daun pintu.