Ruang Rapat

Jeva berjalan ke arah ruang rapat sambil senyam-senyum. Isi chat Biru yang berisi ucapan ‘Sayang’ sukses membuatnya sumringah.

Sampai saat Jeva telah membuka pintu ruang rapat, dia menahan senyumnya. Pasalnya, Biru yang semula duduk menghadap ke meja lantas berbalik ke arahnya. Setelahnya, Biru merentangkan kedua lengan lebar-lebar diikuti tarikan di kedua ujung bibirnya.

Paham akan hal itu, Jeva seketika menghampiri sang pacar. Dia lalu meletakkan dua bungkus gado-gado yang dibawanya sejenak di atas meja sebelum berdiri tepat di hadapan kursi pacarnya itu.

Jeva pun sedikit membungkuk sebelum memeluk tubuh Biru. Pun Biru dengan sigap membalas pelukan Jeva—tidak kalah erat—sambil memejamkan matanya.

“Aku sayang banget sama kamu.”

Jeva terkekeh, “Iya, aku tau.

Biru menarik dirinya dari dekap Jeva. Dia beralih mengalungkan kedua lengannya di leher Jeva.

“Kalau kamu tau, terus kenapa tadi kamu ngira kalau aku udah gak sayang kamu?” sela Biru.

“Abisnya, kamu jawabnya santai banget pas aku nanya soal CLBK.” cebik Jeva, “Kamu juga kayak gak cemburu pas aku bahas mantan.”

“Padahal kan katanya cemburu itu tanda cinta,” Jeva bergumam.

Biru menatap lurus ke dalam netra madu Jeva, “Aku cemburu.”

“Siapa sih yang enggak cemburu kalau pacarnya ketemu sama si mantan, sementara gak ada aku di sana?” kata Biru. “Aku gak tau apa yang kalian omongin. Aku gak tau gimana cara kamu natap dia atau ngerespon ucapannya.”

“Kamu juga gitu kan dulu, pas aku ketemu Bella?” timpalnya.

Jeva mengulum bibir, tapi lesung pipinya menggagalkan usahanya untuk menyembunyikan senyum.

“Tapi aku gak mau kecemburuan aku jadi hal yang negatif, yang bikin aku jatuhnya malah posesif dan ngekang kamu buat enggak ketemu sama siapapun termasuk mantan pacar kamu,” jelas Biru.

“Jadi sebagai gantinya, aku mau manja-manjaan gini sama kamu karena udah dibikin cemburu.”

“Pokoknya aku pengen puas-puasin sama kamu mulu,” final Biru, sementara Jeva terkekeh.

“Aku bisa ceritain apa aja yang aku omongin sama si Razka di warung tadi,” balas Jeva. “Aku juga bisa meragain gimana cara aku natap dia atau ngerespon ucapannya, kalau kamu mau.”

“Gak perlu,” Biru tersenyum. “Aku percaya kok sama kamu.”

“Kamu cuma perlu ngebiarin aku manja-manjaan kayak gini sama kamu,” katanya. “Itu harga yang harus kamu bayar karena udah bikin pacar kamu cemburu, Jev.”

Jeva tidak mampu lagi menahan senyumnya. “Aku gak keberatan.”

Biru tersenyum mengejek.

“Ya udah, tadi katanya laper. Kita makan sekarang ya, Bi?” ajak Jeva yang dibalas gelengan oleh Biru.

“Cium dulu,” ucap Biru sebelum memalingkan wajah ke arah kiri.

Jeva yang paham pun seketika menahan hasratnya tuk berteriak karena salah tingkah. Alhasil, dia buru-buru mengecup pipi kanan Biru sebelum pacarnya itu sadar bahwa saat ini dia telah tersipu.

“Udah?”

“Yang kiri belum,” sahut Biru.

Lagi, Jeva menuruti titah sang pujaan hati yang sedang clingy.

“Ada lagi?”

Biru mengangguk. Dia kemudian memejamkan kedua matanya lalu mengulas senyum amat lembut.

Jeva yang tidak ingin membuat Biru menunggu lebih lama pun perlahan mendaratkan kecupan di kening Biru. Setelahnya, Jeva beralih mencium lembut bibir ranum pacarnya itu sejenak.

“Udah?” tanya Jeva lagi.

Biru yang telah membuka mata pun tersenyum, “Mhm, udah.”

“Kita makan sekarang ya?”

Biru mengangguk. Jeva kemudian mengambil kursi lain agar posisi duduk mereka bersebelahan. Tak pernah sedetikpun Biru melepas pandangan matanya dari Jeva yang saat ini tengah menyiapkan alat makan, gado-gado juga air mineral tepat di hadapan Biru.

“Ini ya, Sayang.” kata Jeva sambil menunjuk gado-gado milik Biru.

“Sekali aja boleh kan?”

“Hah?” Jeva sontak bingung.

“Apanya yang sekali?” tanyanya.

“Aku pengen disuapin, sekali aja.”

Jeva mengulum senyumnya lalu mengubur wajahnya di kedua lengan yang ia lipat di atas meja. Sementara itu, Biru ikut bingung.

“Jev?” Biru lalu menggoyangkan tubuh Jeva. “Kamu kenapa sih?”

Kembali duduk tega, Jeva lantas membingkai wajah cantik Biru dengan kedua tangannya. Jeva kemudian mengecup bibir Biru bertubi-tubi hingga sang empu yang awalnya kaget terkekeh.

“Kamu pacar siapa sih? Hm? Kok bisa gemes gini kalau cemburu?”

Biru mendengus diikuti kekehan pelan, “Udaaah, cepetan suapin.”

“Iya, Sayangku.”