Pillow Talk
Baskara buru-buru menaruh gawainya di atas nakas ketika melihat Tara kini telah berjalan masuk ke kamar mereka. Sang suami kemudian menghampiri Baskara yang terduduk di atas ranjang sambil tersenyum tipis.
“Kamu udah skincare-an, Bas?”
“Belum,” sahut Baskara. “Sikat gigi sama cuci muka aja belum.”
“Kok belum sih?”
“Ya aku nungguin kamu lah, tapi kamu lama banget nyusul aku ke kamar.” decak Baskara, sedang Tara geleng-geleng kepala.
“Ya udah, ayo.”
Tara kembali berdiri lalu menarik tangan suaminya itu agar ikut dengannya ke kamar mandi. Di depan wastafel kamar mandi itu pula lah Baskara dan Tara mulai menggosok gigi bersama. Tara yang awalnya fokus menatap pantulan dirinya di cermin sambil terus membersihkan giginya lalu melirik sejenak ke arah Baskara. Saat itu pula dia dibuat heran, sebab dia justru mendapati suaminya itu tengah sibuk memandanginya lamat.
“Apa?” tanya Tara dengan busa yang masih ada dalam mulutnya.
“Gak apa-apa,” jawab Baskara sebelum berkumur-kumur dan mencuci mukanya lebih dahulu.
“Aku tunggu di ranjang ya, Tar.” pamit Baskara yang telah selesai dengan rutinitas mereka itu.
“Oke,” jawab Tara yang masih asik memijat mukanya yang kini dipenuhi busa facial wash-nya.
Setelah selesai membersihkan muka dan mengeringkannya, Tara pun keluar dari kamar mandi. Sejenak, Tara mengambil beberapa skincare dari atas meja riasnya terlebih dahulu sebelum menghampiri Baskara yang telah menunggunya di atas ranjang.
“Kamu udah?”
“Belum, aku mau dipakein sama kamu.” Baskara cengar-cengir, sementara Tara mengernyit.
“Kamu manja banget sih.”
Tara protes, tapi pada akhirnya dia tetap saja mengindahkan keinginan suaminya. Dia pun mulai mengusapkan produk perawatan kulit yang biasa mereka pakai di wajah Baskara.
Selagi Tara sibuk mengurusi bayi besarnya itu, Baskara sendiri justru kembali memandangi wajah sang suami lekat-lekat. Kepala Baskara penuh, sebab dia diam-diam sedang merangkai kata untuk mengucap maafnya.
Namun, sebanyak apapun kata yang telah Baskara pikirkan, hal pertama yang dia lakukan justru mengikis jarak wajahnya dengan Tara lalu mengecup bibir tipis sang suami. Kecupannya itu pun bertahan selama beberapa saat sebelum ia kembali memandangi Tara dengan tatapan bersalah.
“Apaan sih, Bas? Moisturizer di muka kamu belum kering nih, sampai pindah ke muka aku. Entar aja kiss-nya,” omel Tara lalu mengangkat wajahnya di depan Baskara. “Sekarang giliran kamu yang pakein ke aku. Awas kalau urutannya sampai salah ya, Bas.”
Baskara terkekeh, “Sekarang siapa yang manja banget coba?”
Tara hanya tersenyum lembut, sedang Baskara mulai melakukan hal yang sama seperti yang Tara lakukan sebelumnya padanya. Baskara kemudian bertanya,
“Pulang kantor besok… Kita shopping bareng yuk, Tar.”
“Kamu pengen beli apa emang?”
“Gak ada sih, tapi mana tau kamu pengen beli sesuatu kan.” sahut Baskara lalu berdeham pelan. “Sekalian quality time juga, Tar.”
Tara memicing, “Kamu aneh banget. Abis kesambet apa?”
“Kamu kok ngomongnya gitu sih, emang selama ini aku gak pernah ngajakin kamu quality time apa?”
“Gak gitu, tapi biasanya kamu langsung ngajakin aku ke mana doang gitu. Kayak akamsi yang ngajak maen. Gak sampai yang ngasih tau aku kalau kamu tuh pengen quality time,” kekeh Tara lalu menunjuk Baskara. “Kamu abis selingkuh jangan-jangan?”
“Kamu jangan asbun kayak gitu ah, aku gak suka.” cebik Baskara bersamaan dengan selesainya tugas dia untuk memakaikan skincare di wajah suaminya.
Tara hanya menahan senyum melihat Baskara bangkit dari ranjang lalu menyimpan skincare yang telah mereka gunakan tadi di meja rias seperti semula. Setelahnya, Baskara pun kembali dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Tara yang sudah berbaring terlentang lebih dulu.
“Sayang.”
Tara menoleh hingga pandangan mereka kembali bertemu, “Hm?”
Baskara menelan ludahnya lalu meraih tangan kanan Tara. Dia menggenggam jemari lentik suaminya itu sebelum berkata.
“Maaf, aku lupa kalau hari ini wedding anniversary kita.”
“It’s okay,” Tara tersenyum lalu ikut menggenggam tangan sang suami. “Kan aku udah bilang, gak penting kamu inget atau enggak. “As long as you’re still with me, i’m sooooo happy. Jangan berubah ya, Bas? Let’s be together till we die.”
“But still…” Baskara mendesis, “Kamu sedih gak sih, gara-gara Ersya pamer kalau Harith excited banget nungguin anniversary mereka yang masih bulan depan, sementara suami kamu sendiri justru gak inget anniversary kita.”
“Gak ah, biasa aja. Lagian tahun-tahun sebelumnya juga kita udah gak rayain wedding anniversary lagi kan? Tapi kita masih bahagia tuh, masih langgeng juga. Udah lewat masanya kali ya?” Kekeh Tara. “Kalau Ersya sama Harith sih wajar, mereka kan baru nikah setahun. Masih anget-angetnya. Mereka kayaknya juga belum pernah sampai di tahap yang berantem gede, tapi satu jam setelahnya malah ngewe as if nothing had happened before.”
Baskara tertawa saat mengingat kembali kejadian dimana dia dan Tara bertengkar hebat, namun satu jam setelahnya, mereka justru sudah ada di atas ranjang dan saling bercumbu mesra.
“Tapi si Harith kayaknya bakal ngerayain wedding anniversary dia sama Ersya sampai mereka kakek nenek deh, Tar. Dia kan romantis, gak kayak aku.” kata Baskara lalu membuang muka.
“Emang,” sahut Tara.
Baskara pun kembali menatap suaminya tidak terima. “Kok malah diiyain sih? Harusnya kamu bujuk aku. Bilang, aku meskipun gak romantis, tapi selama ini aku udah jadi suami yang baik buat kamu. Gituuu.”
“Haus pujian banget, heran.” Cibir Tara sambil mendelik. “Udah, ah. Bobo. Aku ngantuk.”
Baskara tersenyum usil lalu memeluk Tara seperti guling.
“Kan hari ini wedding anniversary kita, kalo dirayain dengan ngewe kayaknya enak ya?” goda Baskara lalu mengulum daun telinga sang suami. Namun, Tara buru-buru menghempaskan tubuh Baskara hingga tautan mereka terlepas.
“Gak ada! Gak usah dirayain.”
“Sayang…”
“Good night,” ucap Tara sebelum menutup matanya, sementara Baskara lantas berdecak kesal.
“Terus kiss buat aku mana?”
Tara menghela napas pelan lalu kembali membuka matanya. Dia pun menoleh lalu memberikan kecupan singkat di bibir sang suami dan berkata, “Udah kan?”
“Gitu doang gak cukup,” seringai Baskara lalu mengubah posisinya hingga berada di atas Tara. Dia mengungkung suaminya itu lalu mulai menciumi bibir Tara yang hanya bisa pasrah di bawahnya.
Baskara melumat bibir Tara seperti orang kelaparan yang baru menemukan makanannya. Suara kecipak saliva yang saling beradu pun tidak terhindarkan.
“Mmh!” Tara bergumam sambil menahan tangan Baskara yang diam-diam telah menyelusup ke dalam bajunya. “Dibilang enggak. Kalau pengen ngewe besok aja.”
“Beneran?” Baskara sumringah.
“Iyaa. Sekarang aku beneran udah ngantuk banget, Bas.”
“Oke, Sayang.”
Baskara mengecup kening Tara sejenak lalu kembali berbaring di samping suami tercintanya itu. Tidak lupa pula dia menarik Tara ke dalam dekapannya sebelum memejamkan mata, pun Tara yang menerima kehangatan dari Baskara itu dengan senang hati.