Kado
Akhir pekan biasanya akan jadi momen dimana orang tua yang sibuk bekerja dari Senin hingga Jumat bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka di rumah atau sekedar piknik dan jalan-jalan bersama. Sayangnya, hal itu justru tidak berlaku untuk Arsen dan Nala. Bahkan di akhir pekan seperti sekarang pun, dua aktor papan atas itu masih harus bekerja dengan jadwal individual mereka masing-masing. Meski begitu, Arsen dan Nala berusaha untuk tetap menyempatkan diri mereka berbincang dengan Gavi.
Seperti sekarang, dimana Arsen, Nala dan Gavi telah berada di meja makan. Mereka pun bersiap untuk sarapan bersama sebelum nantinya Arsen harus pergi ke lokasi syuting iklan terbarunya.
“Gavi mau pakai selai cokelat gak, Sayang?” tanya Nala saat sang anak memilih roti untuk dimakan. “Apa yang strawberry?”
“Gavi mau yang cokelat, Papa.”
“Oke, Sayang.”
Selagi Nala sibuk mengoleskan selai ke roti Gavi, Arsen lantas berdeham sebelum bersuara.
“Sayang,” Arsen mengusap kepala Gavi. “Minggu depan kan… Gavi udah ulang tahun. Gavi pengen kado apa, hm? Entar Ayah kasih.”
Gavi terlihat berpikir sejenak sambil memandangi si Ayah.
“Ayah, Gavi gak mau kado.”
Jawaban Gavi sontak membuat Arsen dan Nala menatap sang anak dengan raut tidak percaya.
“Beneran, Gavi gak mau kado?” kini giliran Nala yang bertanya.
Gavi mengangguk, “Tapi Gavi mau ke Taman Mini sama Ayah dan Papa. Boleh ya, Papa? Semua teman-teman Gavi udah pernah ke sana sama Ayah Papa mereka. Cuma Gavi yang enggak pernah.”
“Kata teman-teman Gavi, di sana banyak burung lucuu.” jelas Gavi. “Gavi juga mau liat burung lucu.”
Arsen melirik Nala, “Emang kamu gak pernah ngajak Gavi ke sana?”
“Gak pernah,” sahut Nala. “Mas Tristan gak mau bawa-bawa Gavi ke tempat umum waktu itu. Kan masih kecil banget. Bahaya, Yah.”
Arsen mendengus, “Ya emang bahaya kalau dia ga ada effort buat minta penjagaan lebih, Pa.”
“Mau pake penjagaan lebih juga kalau dari sananya emang ada orang-orang nekat, tetep aja bakal rusuh, Yah. Kamu nggak inget pas kita Meet and Greet?” kata Nala, “Ada bodyguard, ada manager, satpam, tetep rusuh.”
“Ya kita kan Meet and Greet di Mall, gak bisa ditutup buat acara itu doang. Kalau di Taman Mini kayaknya masih bisa kok ditutup setengah hari buat umum kalau kita ngomong ke pengelolanya.”
Mendengar pembicaraan Ayah dan Papanya membuat Gavi menjatuhkan bahu lalu bertanya.
“Gavi nggak boleh ke Taman Mini karena Ayah sama Papa artis ya?”
Pertanyaan Gavi serta raut wajah murungnya membuat Arsen dan Nala seketika menatap anaknya itu sendu. Arsen lalu menarik kursinya agar semakin dekat dengan kursi Gavi, pun Nala yang duduk di sisi berlawanan dengan sang suami. Mereka sama-sama memeluk si kecil dari samping hingga Gavi seperti boneka yang diam di tengah-tengah mereka.
“Boleh kok, Sayang.” kata Arsen. “Apapun yang bisa Ayah kasih ke Gavi, pasti bakalan Ayah turutin.”
“Tapi kalau kita ke Taman Mini setelah ulang tahun Gavi, nggak apa-apa ya? Soalnya pas hari itu, Ayah sama Papa harus kerja di luar kota. Musti nginep di sana.”
“Gavi juga musti sekolah, jadi gak bisa ikut.” timpal si Ayah.
Niat hati ingin membuat Gavi tak kepikiran dan lebih tenang, Nala dan Arsen justru dibuat terkejut kala Gavi perlahan melepaskan pelukan mereka. Gavi kemudian mendongak ke Papa dan Ayahnya bergantian dengan sorot mata yang memancarkan kekecewaan.
“Ayah sama Papa kerja terus, gak pernah nemenin Gavi lagi.” suara si kecil parau. “Ayah sama Papa kalau di rumah juga kerja terus. Dulu, kalau Ayah sama Papa di rumah, gak pernah ada kamera. Sekarang selalu aja ada kamera.”
“Gavi sedih Ayah sama Papa gak mau temenin Gavi belajar dan main lagi di rumah. Gavi juga sedih Ayah sama Papa gak mau jalan-jalan sama Gavi,” katanya.
“Sayang…”
Arsen membelai pipi Gavi dan hendak menenangkan si kecil, namun hanya persekian detik setelahnya, Endra lantas datang dan menghampiri mereka. Sang manager pun memberitahu agar Arsen segera bersiap-siap untuk ke lokasi dimana ia akan syuting nanti. Sontak emosi dalam diri si kecil kian membuncah. Gavi pun turun dari kursinya lalu berlari meninggalkan area meja makan.
Arsen yang melihat hal itu pun menghela napas berat. Ia tidak tega melihat raut murung Gavi.
“Udah, kamu berangkat ke lokasi sekarang. Entar malah telat.” kata Nala lalu ikut berdiri dari kursi. “Biar aku yang ngomong ke Gavi.”
“Ya udah, entar kabarin aku ya?” Arsen ikut bangkit dari posisinya lalu mengecup kening Nala. “Aku berangkat dulu, Pa. I love you.”
“Mhm, hati-hati.”