“Dek, ke cafe Bang Jo yuk!”

“Males.”

“Haechan manis.”

“Gak mau.”

Jaehyun hampir menyerah untuk membujuk adik kesayangannya. Haechan masih saja bersikap ketus padanya akibat insiden dimana kemarin ia langsung pulang ke rumah. Bersama Taeyong tentunya.

Beruntung Johnny tidak memberitahu Haechan bahwa ia pulang dengan sang dosen.

“Gue bilangin Bunda loh kalau masih ngambek.”

“Bilangin aja.”

“Ayo dong, dek. Pacar kakak udah nunggu di depan nih.”

“Hah?” akhirnya Haechan terlihat tertarik untuk merespon ucapan kakaknya.

“Pacar kak Jeje siapa?” tanyanya.

“Makanya buruan, biar kalian bisa ketemu terus kenalan.” kata Jaehyun lalu menarik lengan adiknya.

Sesampainya di halaman depan rumah, Haechan lantas terbelalak. Pasalnya ia mendapati sebuah mobil yang menurutnya sangat tidak asing.

Dan saat orang di dalam kendaraan roda empat itu menurunkan kaca jendela, Haechan tidak mampu lagi berkata-kata.

“Biar aku yang nyetir,” ucap Jaehyun seraya sedikit membungkuk. Membuat wajahnya sejajar dengan kekasihnya.

“Adik kamu?” tanya Taeyong.

“Iya,” Jaehyun tersenyum.

Taeyong mengangguk paham lalu menyunggingkan senyum ke arah Haechan. Ia kemudian keluar dari mobil, menghampiri adik dari kekasihnya itu.

“Kita duduk bareng di belakang ya?” ajak Taeyong pada Haechan.

“Ih, jangan. Masa aku sendiri di depan.” protes Jaehyun.

“Terus adik kamu gak ada temen ngobrol di belakang gitu?”

“E-enggak apa-apa, kak.” Haechan melirik Taeyong dengan raut gugup, “Aku udah biasa sendiri kok.”

“Maklum jomblo,” celetuk Jaehyun dan dihadiahi delikan tajam oleh adiknya.

Taeyong pun hanya bisa menghela napas pasrah saat Jaehyun menuntunnya untuk segera masuk dan duduk pada bangku penumpang di samping kemudi.

“Eh, kita belum kenalan ya.” Taeyong menoleh ke belakang saat mobil perlahan melaju. “Nama kamu siapa?”

“Haechan, kak.” jawabnya lalu tersenyum kikuk, “Kak Taeyong kan?”

“Kok tau?”

“Tau, soalnya anak Pak Rektor. Sama dosbingnya kak Jeje.”

“Dia pernah bilang, katanya kamu galak.”

Jaehyun melirik kaca spion tengah lalu tertawa. Terlebih saat ia melihat Haechan melebarkan mata.

“Ih, enggak! Bukan aku,” Haechan mengelak. “Temen aku yang bilang gitu.”

“Enggak apa-apa, aku emang galak kok kalau kata orang-orang,” Taeyong terkekeh.

“Galak darimana nya,” Jaehyun mencibir. “Sok tau banget mereka.”

“Uhm...”

Haechan hendak berucap, membuat Taeyong dan Jaehyun lantas memusatkan atensi padanya.

“Kak Jeje sama Kak Taeyong pacaran?”

“Iya, dek.”

Jaehyun sedikit terkejut saat Taeyong dengan sigap menjawab pertanyaan Haechan. Bahkan diikuti dengan senyuman.

“Kok bisa?”

“Kok bisa, kok bisa. Ya karena kita saling suka lah,” jawab Jaehyun.

“Tapi bukannya dulu kalian berantem mulu?”

“Times change, people change, Chan.” Jaehyun terkekeh.

“Karena kakak kamu baik,” jawaban Taeyong, membuat Jaehyun mengulum senyum.

Jika seperti ini ia mungkin tidak akan sanggup berpisah dengan Taeyong dalam beberapa hari lagi.

“Kalau dia cowok jadi-jadian mah, gak bakal aku terima jadi pacar.” sambungnya.

“Dikira apaan, jadi-jadian.”

Tak lama berselang mobil yang ditumpangi ketiganya sampai di cafe Johnny. Mereka kemudian masuk dan disambut oleh sang pemilik.

“Eh, Taeyong. Apa kabar?” tanya Johnny.

“Baik,” jawabnya.

“Duduk dulu, di sana ada meja buat kalian.”

“Bang Jo perhatian banget deh.”

“Baru nyadar lu?”

“Hehe. Kaga, Bang.”

Jaehyun, Taeyong dan Haechan pun duduk pada meja yang telah disediakan Johnny untuk mereka.

“Kenapa?”

Jaehyun berbisik di samping telinga kekasihnya saat melihat raut tak nyaman di wajah Taeyong.

“Liat aja ada siapa di meja sebelah.”

“Oh, mantan kamu?”

“Enggak usah diungkit.”

“Emang kenapa sih kalau ada dia?” Jaehyun tersenyum, “Takut CLBK?”

“Kamu ngomong apaan sih?”

“Ekhemm! Aku masih hidup,” sindir Haechan.

Taeyong tertawa kecil melihat raut wajah Haechan.

“Nih,” Johnny datang dan membawa buku menu. “Pesen aja. Gue yang traktir.”

“Asik,” Jaehyun cengar-cengir.

“Seneng lu?” Johnny berdecak, “Tau gak, Yong. Kemarin kita nyiapin kejutan buat dia di sini. Tapi si Jaehyun malah pulang sama lu.”

“Hah?” Haechan menautkan alis, “Jadi kemarin Kak Jeje enggak ke sini karena jalan sama Kak Taeyong?”

“Bukan jalan,” jawab Jaehyun malas. “Tapi nunggu jawaban dia supaya kita jadian.”

Johnny tertawa lantang, “Jadi gimana nih sekarang? Udah official?”

“Udah lah.”

Jaehyun tersenyum bangga lalu melirik ke arah meja di sebelahnya.

Saat itu pula pandangannya bertemu dengan Kai yang entah sejak kapan telah memerhatikan mereka.

“Yong, kok lu bisa sih pacaran sama anak petakilan kayak gini?” canda Johnny lalu menoyor kepala sahabat yang sudah seperti adiknya.

“Enggak tau, gue juga bingung.” gumam Taeyong lalu tersenyum.

“Tadi kamu bilang ke Haechan kalo aku baik, kok sekarang malah gak tau?”

“Jiah! Aku-kamu nih sekarang, bukan tukang fitnah lagi.” Johnny kembali tergelak.

“Bang Jo ke belakang sana, ganggu aja.” Jaehyun berdecak.

“Yong, jangan bikin adek gue patah hati ya.” Johnny menepuk pundak Taeyong, “Cuma lu yang bisa bikin dia jatuh cinta terus pacaran lagi kayak sekarang.”

“Emang sebelumnya kenapa?” Taeyong melirik Jaehyun sejenak.

“Sebelumnya dia betah nge-jomblo.”

“Bang Jo, ini pesanannya. Ambilin sana,” Jaehyun tak ingin Johnny banyak bercerita.

“Eh, tapi kan aku belum bilang mau pesen apa.” Taeyong menautkan alisnya.

“Aku tau kamu suka apa.”

“Suka apa coba?”

“Suka aku lah.”

“Chan, jangan duduk di situ. Entar lu pingsan liat mereka uwu-uwuan,” kata Johnny sebelum meninggalkan meja mereka.