02.00 AM
“Sa…”
“Sayang…”
“Aksanya Dika.”
Dikara noel-noel pipi Aksa yang masih setia berlabuh di alam mimpinya. Sampai saat suaminya itu mendengus pelan sambil merentangkan kedua tangan ke atas kepala, Dikara pun terkekeh.
Aksa membuka mata, berkedip-kedip sejenak sambil monyongin bibir yang bikin Dikara gak bisa nyia-nyiain kesempatannya itu. Alhasil, Dikara langsung ngecup bibir suaminya; karena gemas.
“Udah jam dua, Sayang...” bisik Dikara yang sekarang ini lagi nopang kepalanya pake tangan di samping bantal Aksa. “Kita musti siap-siap sekarang, takut si Yuda udah dateng aja kek pake buroq.”
“Kan dia bilangnya mau ke sini jam dua lewat,” kata Aksa sedikit ngerengek. “Belum juga di jalan.”
Dikara senyum. Satu tangannya kemudian ngusap lembut kepala Aksa. Dikara paham kalau saat ini suaminya masih ngantuk banget. Pasalnya, semalem Aksa enggak bisa tidur lebih awal kayak biasa.
Bukan karena suaminya itu harus ngerjain sesuatu atau lainnya, tapi Aksa mendadak insomnia saking kebawa mood-nya yang berantakan. Imbas dari bad day.
“Ya udah, kamu merem lagi aja bentar. Lima belas menit lagi aku bangunin yaa?” Dikara nawarin.
Tapi Aksa justru geleng-geleng. Setelahnya, Aksa ngubah posisi jadi berbaring menyamping. Kini badan Aksa sama Dikara saling berhadapan. Persekian sekon berselang, Aksa tiba-tiba narik tengkuk suaminya. Bikin Dikara yang gak siap untuk itu seketika melotot. Apalagi pas bibir Aksa menempel di atas miliknya itu.
Aksa ngecup bibir Dikara selama beberapa menit sambil merem.
Awalnya, Dikara pikir Aksa cuma pengen ‘a morning peck’ kayak biasanya. Kebiasaan itu sendiri udah mereka jalanin satu tahun terakhir, dimana Aksa semakin bisa nunjukin sisi clingy-nya ke Dikara tanpa gengsi-gengsian.
Tapi, pikiran Dikara itu langsung buyar pas Aksa ngebuka mulut. Aksa kemudian ngegoda bibirnya pake lidah, yang bikin Dikara gak bisa buat gak ikut buka mulutnya juga. Sampai akhirnya, ciuman intens pun tercipta. Baik Dikara maupun Aksa sama-sama hanyut di antara pagutan manis mereka.
Nyaris kehabisan napas karena ritme lumatan Dikara yang kian cepat, Aksa lalu ngelepas tautan lebih dahulu. Dia beralih natap wajah suaminya itu lekat-lekat.
“Ka…”
Dikara senyum, “Mm?”
“Gue boleh re-schedule rencana reservasi lo yang semalem gak?”
Telunjuk Aksa menari-menari di atas dada bidang Dikara, “Lima belas menit kayaknya… Cukup?”
Dikara yang paham kode Aksa itu pun nahan senyum lalu terkekeh.
“Kalau entar Yuda keburu dateng gimana, Sa?” katanya, “Mana kita juga musti keramas dulu nanti.”
“Kamu mau dijulidin sama Yuda kalau bikin dia nunggu lama?”
Bibir Aksa mencebik. Sementara tampangnya langsung memelas.
“Baru jam dua,” kata Aksa. “Gak bakal lama asal kamu gak minta nambah pas kita mandi nanti.”
“Mumpung aku lagi mood nih,” katanya. “Apa kamu gak mood?”
Dikara enggak ngasih jawaban dengan frasa, tapi dia refleks mengungkung tubuh Aksa. Bikin suaminya itu seketika udah ada di bawahnya. Wajah mereka pun udah sejajar, dengan Dikara yang senyum manis di hadapan Aksa.
“Aku gak yakin bakalan minta nambah apa gak, Sa.” bisik Dikara seduktif sebelum kembali nyium bibir tipis Aksa dengan tergesa.
Ya, mereka ngelakuin itu di luar perencanaan dan reservasi awal.